• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Trump Incar Harga Minyak <$60: Lobi OPEC+ & Genjot Produksi AS!

img

Promovision.org Assalamualaikum semoga harimu penuh berkah. Pada Hari Ini saya akan mengupas tuntas isu seputar Ekonomi, Politik, Energi. Informasi Lengkap Tentang Ekonomi, Politik, Energi Trump Incar Harga Minyak 60 Lobi OPEC Genjot Produksi AS Jangan berhenti teruskan membaca hingga tuntas.

Pada tanggal 6 Februari 2025, pengamat ekonomi dan energi dari Universitas Padjajaran, Yayan Sakyati, menyampaikan kepada Liputan6.com bahwa Amerika Serikat (AS) berupaya menekan harga minyak dunia hingga di bawah USD 70 per barel. Langkah ini merupakan bagian dari strategi Presiden AS saat itu, Donald Trump, yang sejak awal masa jabatannya mendesak OPEC+ untuk menurunkan harga minyak mentah.

Yayan menjelaskan bahwa AS secara agresif meningkatkan produksi minyaknya, dari 13,2 juta barel per hari (bpd) pada tahun 2024 menjadi 13,5 juta bpd di tahun 2025, dan diproyeksikan mencapai 13,6 juta bpd pada tahun 2026. Tujuan utama dari peningkatan produksi ini adalah untuk mempercepat penurunan harga minyak dunia.

Trump berupaya menurunkan biaya transportasi dan rantai nilai global (Global Value Chain) melalui penurunan harga minyak, yang diharapkan dapat menekan inflasi di AS. Namun, Yayan juga menyoroti bahwa penurunan harga minyak OPEC dapat berdampak negatif pada pendapatan negara Indonesia, meskipun dapat menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri.

Sementara itu, Menteri Ekonomi Arab Saudi, Faisal al-Ibrahim, menyatakan bahwa OPEC+ berfokus pada stabilitas pasar minyak jangka panjang untuk memastikan pasokan yang cukup memenuhi permintaan yang terus meningkat. Pernyataan ini disampaikan dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos pada tanggal yang sama.

Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, berpendapat bahwa penurunan harga minyak tidak akan terlalu signifikan mempengaruhi pasar minyak dunia. Namun, ia mengakui bahwa penurunan harga minyak dapat menguntungkan Indonesia sebagai importir minyak yang besar, karena dapat mengurangi devisa yang digunakan untuk impor dan subsidi BBM.

Yayan Sakyati menambahkan bahwa penurunan harga minyak memiliki sisi positif dan negatif. Jika OPEC dipaksa menurunkan harga, hal ini dapat berdampak pada negara-negara penghasil minyak. Namun, sebagai importir, Indonesia dapat merasakan manfaatnya.

Fahmy Radhi menjelaskan lebih lanjut bahwa penurunan harga minyak akan memberikan dampak positif yang lebih besar bagi Indonesia. Hal ini berbeda dengan pandangan bahwa penurunan produksi oleh OPEC tidak serta merta menaikkan harga minyak dunia.

Secara keseluruhan, upaya AS untuk menurunkan harga minyak dunia melalui peningkatan produksi dan lobi terhadap OPEC+ memiliki implikasi yang kompleks bagi pasar global dan ekonomi negara-negara produsen dan konsumen minyak, termasuk Indonesia. Keseimbangan antara kepentingan ekonomi AS dan stabilitas pasar minyak global menjadi kunci dalam dinamika ini.

Sekian rangkuman lengkap tentang trump incar harga minyak 60 lobi opec genjot produksi as yang saya sampaikan melalui ekonomi, politik, energi Mudah-mudahan artikel ini bermanfaat bagi banyak orang tingkatkan keterampilan dan jaga kebersihan diri. Bagikan kepada orang-orang terdekatmu. Terima kasih telah membaca

Special Ads
© Copyright 2024 - promovision.org
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads