• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Antre Minyak Tanah: Kisah Pilu Zaman Soekarno-Soeharto

img

Promovision.org Hai semoga selalu dalam keadaan sehat. Di Momen Ini saya akan mengupas tuntas isu seputar Sejarah, Politik, Ekonomi, Sosial. Analisis Artikel Tentang Sejarah, Politik, Ekonomi, Sosial Antre Minyak Tanah Kisah Pilu Zaman SoekarnoSoeharto Jangan diskip ikuti terus sampai akhir pembahasan.

Fenomena antrean warga untuk mendapatkan sumber energi, khususnya minyak tanah, bukanlah hal baru dalam sejarah Indonesia. Bahkan, jauh sebelum isu antrean LPG 3 Kg yang ramai diperbincangkan belakangan ini, masyarakat telah mengalami kesulitan serupa di berbagai era kepemimpinan.

Pada era 1960-an, di bawah pemerintahan Presiden Soekarno, inflasi tinggi akibat pengelolaan anggaran yang kurang baik menyebabkan kelangkaan minyak tanah. Rum Aly mengenang bagaimana pada tahun 1963, warga di seluruh Indonesia, termasuk Bandung, harus mengantre dengan membawa kartu keluarga hanya untuk mendapatkan 3-4 liter minyak tanah.

Kondisi serupa juga terjadi di masa pemerintahan Presiden Soeharto. Sastrawan Asahan Alham dalam autobiografinya menceritakan bahwa kelangkaan minyak tanah menyebabkan warga di kota-kota besar kesulitan memasak karena kompor tidak memiliki bahan bakar. Antrean panjang menjadi pemandangan sehari-hari.

Krisis ekonomi 1997/1998 kembali memicu kelangkaan minyak tanah. Inflasi meroket, harga-harga melambung tinggi, dan PHK merajalela. Makmur Makka dalam bukunya menceritakan bagaimana warga harus mengantre berjam-jam dengan membawa jerigen untuk mendapatkan minyak tanah, minyak goreng, beras, dan kebutuhan pokok lainnya.

Meskipun antrean minyak tanah sudah jarang terlihat saat ini karena konversi energi ke LPG, antrean LPG 3 Kg yang terjadi belakangan ini menunjukkan bahwa masalah kelangkaan dan distribusi sumber energi masih menjadi tantangan bagi pemerintah. Sejarah kelangkaan minyak tanah menjadi pelajaran berharga untuk mengelola ketersediaan dan distribusi energi secara lebih baik di masa depan.

Berikut adalah tabel yang merangkum era terjadinya antrean minyak tanah:

Era Pemerintahan Penyebab Dampak
Presiden Soekarno (1960-an) Inflasi tinggi, pengelolaan anggaran buruk Kelangkaan minyak tanah, harga bahan pokok melonjak
Presiden Soeharto (1966-1998) Kelangkaan minyak tanah Warga kesulitan memasak
Krisis Ekonomi 1997/1998 Inflasi, krisis ekonomi Kelangkaan minyak tanah dan kebutuhan pokok lainnya

Kebijakan baru pemerintah terkait pelarangan penjualan LPG ke pengecer sejak 1 Februari 2025, dapat menjadi perhatian khusus agar tidak memicu kembali antrean panjang dan kelangkaan yang meresahkan masyarakat.

Begitulah uraian lengkap antre minyak tanah kisah pilu zaman soekarnosoeharto yang telah saya sampaikan melalui sejarah, politik, ekonomi, sosial Terima kasih telah mempercayakan kami sebagai sumber informasi tetap produktif dalam berkarya dan perhatikan kesehatan holistik. Mari kita sebar kebaikan dengan membagikan postingan ini., Sampai jumpa lagi

Special Ads
© Copyright 2024 - promovision.org
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads