Indonesia-Malaysia & FAO: Standar Sawit Berkelanjutan, Kekuatan Baru?
Promovision.org Mudah mudahan kalian dalam keadaan sehat, Di Sesi Ini aku ingin berbagi pengetahuan mengenai Kelapa Sawit, Standar Berkelanjutan, Indonesia, Malaysia, FAO yang menarik. Tulisan Yang Mengangkat Kelapa Sawit, Standar Berkelanjutan, Indonesia, Malaysia, FAO IndonesiaMalaysia FAO Standar Sawit Berkelanjutan Kekuatan Baru simak terus penjelasannya hingga tuntas.
Table of Contents
Indonesia dan Malaysia, bekerja sama dengan FAO (Organisasi PBB untuk Pangan dan Pertanian), berupaya menyusun standar keberlanjutan global untuk minyak sawit. Inisiatif ini muncul di tengah meningkatnya tekanan terhadap industri kelapa sawit, khususnya dari Uni Eropa.
Kacuk Sumarto, Ketua Umum RSI, menyatakan pada Senin, 17 Februari 2025, bahwa tuntutan akan tata kelola industri pertanian dan perkebunan yang berkelanjutan adalah sebuah keniscayaan. RSI mengadakan konferensi internasional untuk membahas pengembangan industri pangan dan energi yang berkelanjutan.
Havas, mantan Duta Besar RI di Jerman, menyoroti bahwa standar keberlanjutan global ini akan menjadi jawaban atas tuntutan dari Uni Eropa. Ia juga mengungkapkan penundaan pemberlakuan EUDR (Undang-Undang Anti Deforestasi Uni Eropa) dan alasan-alasannya, termasuk kompleksitas EUDR, tekanan politik, tantangan operasional dan teknologi, serta ketidaksesuaian dengan peraturan Uni Eropa lainnya.
Konferensi internasional RSI bertujuan untuk memahami perubahan iklim, mengkaji kontribusi sektor bisnis terhadap emisi gas rumah kaca, menggali upaya mitigasi dampak perubahan iklim, dan mendapatkan gambaran tentang EUDR dan EU RED II. RSI ingin belajar dari pengalaman pelaku industri di luar negeri dalam menerapkan kebijakan EU RED II.
Havas juga mencontohkan ketidakakuratan satelit EU yang menggambarkan tarmac di Bandara Soekarno Hatta sebagai korban deforestasi. Ia menekankan pentingnya standar keberlanjutan global yang dapat diterima secara luas, dan meminta CPOPC (Organisasi Negara-Negara Eksporter Minyak Sawit) untuk merumuskan standar keberlanjutan global yang bisa dibawa ke tingkat FAO.
Kacuk Sumarto menambahkan bahwa konferensi ini memiliki empat tujuan utama, termasuk memahami fenomena perubahan iklim, menggali upaya mitigasi dampak perubahan iklim di sektor pertanian dan perkebunan, mendapatkan gambaran tentang EUDR dan EU RED II, serta belajar dari pengalaman pelaku industri di luar negeri.
Meskipun Indonesia telah memiliki standar keberlanjutan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil), upaya penyusunan standar global bersama FAO ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan di pasar internasional. Hal ini menjadi penting mengingat semakin ketatnya persaingan untuk menembus pasar Uni Eropa bagi produk-produk pertanian, perkebunan, dan kehutanan.
Kebijakan Uni Eropa yang mewajibkan komoditas yang masuk wilayah mereka bebas deforestasi menjadi tantangan bagi industri pertanian dan perkebunan di Indonesia, terutama produk minyak sawit, kakao, kopi, dan karet. Namun, Kacuk Sumarto menekankan bahwa hal ini juga harus dilihat sebagai sebuah peluang untuk memperbaiki diri dan meningkatkan standar tata kelola.
Demikianlah indonesiamalaysia fao standar sawit berkelanjutan kekuatan baru telah saya bahas secara tuntas dalam kelapa sawit, standar berkelanjutan, indonesia, malaysia, fao Terima kasih telah mempercayakan kami sebagai sumber informasi cari peluang pengembangan diri dan jaga kesehatan kulit. Silakan bagikan kepada teman-temanmu. semoga artikel berikutnya bermanfaat untuk Anda. Terima kasih.
✦ Tanya AI