• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Surga Dunia Bukan di Eropa, Tapi di Indonesia! Turis Eropa Terpukau!

img

Promovision.org Selamat membaca semoga bermanfaat. Detik Ini saatnya berbagi wawasan mengenai Wisata, Indonesia, Turis Eropa. Artikel Yang Berisi Wisata, Indonesia, Turis Eropa Surga Dunia Bukan di Eropa Tapi di Indonesia Turis Eropa Terpukau Pelajari setiap bagiannya hingga paragraf penutup.

Pada tanggal 25 Januari 1597, Cornelis de Houtman bersama timnya tiba di Bali, menandai kontak pertama yang tercatat antara orang asing dan penduduk Bali. Penjelajahan ini membuka jalan bagi eksplorasi lebih lanjut dan memicu imajinasi orang Eropa tentang Bali sebagai surga dunia.

Sejarawan Frances Gouda dalam Dutch Culture Overseas (2008) mengungkapkan bahwa pemerintah kolonial Belanda berupaya menjadikan Bali sebagai Museum Hidup, sebuah panggung terbuka untuk menghibur wisatawan asing. Hal ini memicu gelombang kedatangan orang Eropa, meskipun dengan motif kolonialisme.

Para seniman memainkan peran penting dalam mempromosikan keindahan Bali melalui lukisan-lukisan yang diterbitkan di berbagai media. Pada dekade 1920-an, biro perjalanan wisata mulai menawarkan tur ke Bali, dan Hotel Bali menjadi hotel pertama yang dibangun untuk mengakomodasi wisatawan.

Achmad Sunjayadi dalam Pariwisata di Hindia Belanda (2019) mencatat bahwa pemerintah kolonial mengatasi tantangan logistik dengan membuka jalur pelayaran langsung ke Bali. Mayoritas wisatawan memberikan ulasan positif tentang pengalaman mereka.

Namun, kehadiran wisatawan juga memicu polemik. Seorang kolumnis di koran Het Vaderland (21 Januari 1940) mengkritik pemerintah kolonial karena menjual Bali untuk keuntungan finansial. Kolumnis tersebut menulis, Bali telah menjadi tontonan, dengan banyak iklan, untuk memuaskan keinginan demi keuntungan.

Pemerintah kolonial memperoleh keuntungan jutaan gulden dari akomodasi dan eksploitasi kebudayaan lokal, termasuk upacara Ngaben yang dianggap sebagai tontonan yang menghasilkan pendapatan besar.

Meskipun ada kritik, daya tarik Bali sebagai destinasi wisata terus berlanjut hingga era kemerdekaan. Posisi Bali sebagai The Last Paradise tetap tidak berubah dan semakin terkenal di seluruh dunia.

Ringkasan Dampak Pariwisata di Bali:

AspekDampak
EkonomiPendapatan jutaan gulden bagi pemerintah kolonial.
BudayaEksploitasi kebudayaan lokal, termasuk Ngaben.
SosialPolemik tentang penjualan Bali dan kerusakan akibat turis.

Itulah pembahasan mengenai surga dunia bukan di eropa tapi di indonesia turis eropa terpukau yang sudah saya paparkan dalam wisata, indonesia, turis eropa Selamat menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan selalu bersyukur atas kesempatan dan rawat kesehatan emosional. bagikan kepada teman-temanmu. Sampai bertemu lagi

Special Ads
© Copyright 2024 - promovision.org
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads